Saturday, July 18, 2009

Isra' Mi'raj Ujian Iman

Isra’ adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Jerussalem. Sementara Mi'raj adalah perjalanan (vertikal) Nabi SAW sampai ke Baitul Maqdis, tempat di lapisan “langit” tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk, malaikat, jin, apa lagi manusia. Isra’ dan Mi'raj Nabi SAW adalah salah satu mukjizat beliau sebagai seorang Rasul. Jumhur para ulama sepakat bahwa Isra’ Mi’raj ini terjadi pada tahun kesepuluh kenabian, jadi sekitar tahun ke-50 dari Tahun Gajah (tahun kelahiran Muhammad SAW). Jumhur ulama juga sepakat bahwa perjalanan ini dilakukan dengan jasad dan ruh Nabi SAW.
Kisah perjalanan ini diceritakan lengkap dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Iman Bukhari dan Imam Muslim. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW menunggangi sejenis binatang yang lebih besar sedikit dari keldai dan lebih kecil sedikit dari unta. Binatang ini disebut Buraq. Binatang ini berjalan dengan langkah sejauh mata memandang (sebagian ilmuwan muslim menafsirkan kecepatan ini sebagai kecepatan cahaya). Disebutkan pula bahwa Rasulullah SAW memasuki Masjidil Aqsha, lalu shalat dua rakat di dalamnya. Kemudian Jibril menawarkan segelas khamar dan segelas susu. Rasulullah SAW memilih susu, yang dikomentari oleh Jibril “Engkau telah memilih fitrah.”
Kemudian Rasul diangkat ke langit pertama, kedua, dan seterusnya sampai ke Sidratul Muntaha. Di sinilah Rasul menerima tiga hadiah istimewa dari Allah: Keutamaan kalimat tahuid, bahwa ummat Muhammad SAW yang mengucapkan sekali saja bershahadat dan yakin apa yang diucapkan maka surga adalah imbalannya; Ayat 284, 285, dan 286 dari Surat Al Baqarah (3 ayat terakhir); serta shalat lima kali sehari semalam.
Pada pagi hari dari malam isra’ itu Jibril datang kepada Rasulullah SAW mengajarkan cara shalat dan menjelaskan waktu-waktunya. Sebelum disyariatkan shalat lima waktu, Rasulullah SAW melakukan shalat dua rakat di pagi dan di petang hari sebagaimana yang dilakukan oleh Ibrahim as.

Kedudukan Mukjizat Isra’ Mi'raj

Tahun terjadinya mukjizat ini disebut para ahli sejarah muslim sebagai tahun kesedihan (‘Amul Huzn). Pada tahun ini meninggal dunialah Khadijah ra. dan Abu Thalib, dua orang yang selalu membantu beliau.
Khadijah ra. adalah isteri pertama Rasulullah SAW yang dinikahi saat Rasul SAW berusia 25 tahun dan Khadijah ra. berusia 40 tahun. Khadijah mengorbankan harta dan jiwanya untuk dakwah Islam. Kemuliaan akhlaknya dan semangat jihadnya membuat Khadijah ra. mendapatkan tempat istimewa di hati Muhammad SAW. Sabda Rasulullah SAW “sebaik-baik wanita (langit) adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baik wanita (bumi) adalah Khadijah binti Khuwailid.”
Sementara Abu Thalib, ayah dari Saidina Ali ra., adalah adik dari Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah SAW. Beliau mengasuh Muhammad SAW semenjak berumur 6 tahun. Kecintaannya pada Muhammad SAW sangat dalam. Dan ini dibuktikannya melalui perbuatan, Abu Thalib adalah orang yang pertama dalam membela Rasulullah setiap kali diganggu oleh kafir Quraisy. Abu Thalib sampai meninggalnya tidak sempat mengucapkan syahadat secara lengkap, yaitu hanya mengucapkan bagian persaksian tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Saat Abu Thalib meninggal, Rasulullah memanjatkan doa khusus kepada Allah untuk beliau.
Pada tahun yang sama juga, Rasulullah SAW diperlakukan secara buruk dan sadis oleh penduduk kota Thaif saat Rasulullah SAW berdakwah di sana. Di sinilah terjadi peristiwa terkenal saat Jibril as. datang kepada Rasulullah SAW untuk memberi tahu bahwa malaikat-malaikat penjaga gunung diperintahkan Allah menawarkan bantuan menghancurkan kota Thaif dan penduduknya dengan menimpakan gunung-gunung di atas mereka. Rasulullah menolak bantuan itu dan malah mendoakan keselamatan dan hidayah kepada penduduk kota Thaif. Cerita lengkapnya insyaallah kita bahas lain waku.
Tiga peristiwa penting ini begitu membekas di hati Rasulullah SAW. Bahkan Rasulullah SAW khawatir jangan-jangan apa yang dialaminya ini karena murka Allah kepadanya. Dalam doanya, Rasulullah SAW berkata “Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua (kejadian) ini tidak aku hiraukan.”
Kemudian setelah itu datangkah “undangan” isra’ dan miraj sebagai rahmat dari Allah untuk menghormati dan menyegarkan semangat dan ketabahan beliau SAW.

Solat adalah hadiah istimewa dari Allah untuk manusia

Semoga isra’ mi'raj ini menambahkan keimanan kita seperti halnya Abu Bakar as-Siddiq. Semoga juga kita menyadari kembali bahwa Solat sesungguhnya adalah hadiah dari Allah buat kita. Dalam sebuah riwayat, amirul mu’minin Ali Karramallahu Wajhah sedang berjalan-jalan di pasar beserta para sahabatnya dan beliau mendengarkan azan. Beliau berkata,
“Sesungguhnya telah datang waktu di mana kita harus melakukan sesuatu yang telah dihadiahkan kepada kita umat manusia langsung dari Allah. Sesuatu yang saat diberikankan ke gunung-gunung, gunung tidak kuasa melakukannya. Sesuatu yang saat ditawarkan ke lautan, lautan tidak mampu melakukannya. Sesuatu yang ditawarkan kepada tumbuh-tumbuhan, mereka pun tidak sanggup. Hanya manusialah yang sanggup menerimanya. Dan sesuatu itu adalah solat.”
Di antara ibadah-ibadah lain, solat adalah ibadah yang paling utama. Keutamaan ini tergambar dari sebuah hadits Rasul bahwa amalan yang pertama-tama akan dihisab adalah solat. Jika solatnya baik, maka baik pulalah semua amalan yang lain. Ini sesuai dengan firman Allah bahwa solat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Justeru, marilah kita sempurnakan solat kita, perbaiki gerakan dan bacaan, dan mari kita jaga solat kita sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang dilaknati Allah dalam surat Al Ma’un.

No comments:

Chat Box